Senin, 26 Januari 2009

Tentang Pengkhianatan

ADA sebuah ungkapan yang cukup menarik tertulis dalam stiker kecil IMM—Ikatan Mahasiswa Muhamadiyah. Katanya, ”Diam adalah Pengkhianatan”. Tidak jelas apa pengkhianatan semacam apa yang dimaksud dalam kalimat tersebut. Maksud awal dari tulisan tersebut—saya lupa persisnya—adalah ajakan untuk melakukan sebuah gerakan terhadap segala bentuk penindasan. Lagi-lagi menjadi sebuah pertanyaan; penindasan macam apa? Oleh siapa dan kepada siapa penindasan itu? Seandainya penindsan yang dimaksud dilakukan terhadap ”kaum bawah” oleh penguasa, maka pantaslah kita melakukan perlawanan. Namun bagaimana misalnya bila penindasan itu justru dilakukan oleh ”orang bawah” sendiri kepada rekannya yang lain? Atau penindasan dari ”kaum bawah” kepada golongan minoritas yang sedikit punya kuasa?


Berbicara tentang penindasan—tertindas atau menindas,—saat ini menutrutku batasannya semakin tidak jelas. Kadang terjadi situasi dimana terdapat kelalaian dari ”kaum bawah” sendiri sehingga mengakibatkan mereka seolah-olah seperti tertindas. Sementara ada pihak lain yang memang berjuang (beruasaha) dan berkompetisi akhirnya biasa berjaya. Misalnya dalam memperoleh kekuasaan.

Menjadi pertanyaan yang pantas untuk dipikirkan. Apakah kalau yang (sekarang) tertindas manakala ada atau diberi kesempatan untuk dapat menempati posisi seperti pihak yang (dikatakan) menindas, ada jaminan tidak akan melakukan perbuatan yang sama? Atau justru lebih parah melakukan penindasan. Pertanyaan lainnya apakan semua yang berada di atas dilihat selalu menindas? Apakah ketika posisi di bawah, selalu merasakan ketidakpuasan, lantas itu disebabkan penindasan yang dilakukan orang di atas? Demikianlah pertanyaan-pertanyaan yang penting untuk direnungkan dan dicari jawabannya. Saya kira ini hanya soal perspektif saja. Faktor kejiwaan, ligkungan juga pengalaman yang tidak memuaskan terkadang membuat seorang atau kelompok sering menyalahknan keadaaan dan orang lain.

Realitas kehidupan memang terkadang mengharuskan semua pihak untuk saling berkompetisi. Hanya saja semestinya kompetisi dengan aturan-aturan yang jelas dan sehat. Tidak kemudian orang atau kelompok melakukan tindakan meraih prestasi dengan menghalalkan cara untuk mengalahkan pihak lain. Dalam kompetisi selayaknya orang lain tetap diberikan bagian atau kesempatn yang proporsional, sehingga kita tidak dikatakan melakukan penindasan. Sayangnya seringkali yang terjadi orang atau kelompok melawan penindasan dengan melakukan penindasan yang lain. Berdiam diri dan tidak melakukan perubahan pun sama naifnya. Bahkan bisa dikatakan diam adalah pengkhianatan itu sendiri. Ya pengkhianatan terhadap amanat Tuhan.[] Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar: