Senin, 26 Januari 2009

Kebenaran Kita dan Kebenaran Orang Lain

Hati dan pikiran seseorang begitu cepat berubah. Sesuatu yang kecil mampu membuatnya menjadi orang yang paling bodoh atau bisa juga menjadikannya sebagai orang ”besar”. Maka apa yang seseorang lihat, ia dengar dan ia baca akan sangat mempengaruhi kehidupannya dikemudian hari. Sebagaimana kalau kita membaca buku-buku dan tulisan yang katakanlah ”fundamentalis”. Semakin sering dan semakin banyak yang kita baca, maka akan pula membentuk pola pikir dan pespektif kita dalam banyak hal. Dari pola pikir dan perspektif itu akan pula mempengaruhi pola perilaku kita.

Begitupun bila kita kemudian membaca buku-buku ”liberal”—(sekali lagi tanda kutip, untuk menjelaskan maksud yang mungkin bukan sebenarnya), maka hasil yang diperolehnya pun sama ”liberal”-nya. Lalu bagaimana bila kita membaca buku-buku dengan kategori keduanya?
Menurut saya setidaknya akan ada tiga kemungkinan. Pertama, kita akan semakin bijak karena banyak tahu dan paham tentang banyak persoalan dengan banyak sisi atau perspektif. Kemudian kita mampu mengambil banyak pelajaran dari kedua perspektif tersebut atau cukup salah satunya dan selanjutnya bersikap toleran atas apa yang berbeda itu. Kedua, kita akan semakin bingung, karena tidak bisa mengambil hikmah dari keduanya ataupun dari salah satu perspektif tersebut. Karena kita merasa keduanya salah semua atau benar semua, (tentu dalam pandangan kita). Sehingga kita semakin bingung dan tidak dapat mengambil sikap. Kalaupun kita bisa mengambil sikap, maka sikap kita akan terlihat plin plan bagai bunglon yang suka berubah warna. Terakhir, hasil yang kita baca akan semakin memperkuat keyakinan kita atas apa yang kita yakini dan pikirkan semenjak awal. Referensi atau bacaan yang lain akhirnya hanya sebagai pembanding saja dan tidak banyak mempengaruhi kita.

Tapi agar tidak menganggap kebenaran hanya ada pada kita sendiri, sementara kesalahan dan dosa ada pada orang lain, maka kita juga harus mau mendengar, melihat dan membaca apa yang diucapkan, diperbuat dan ditulis orang lain. Semakin banyak yang kita tahu, maka besar kemungkinan kita akan semakin bijak dan toleran. Kalaupun harus meyakini bahwa apa yang kita yakini, kita lakukan adalah benar, jangan kemudian menyalahkan orang lain. Cukup dengan tidak melakukan apa yang dilakukan oleh orang lain yang berbeda sikap dengan kita. Karena orang lain pun berhak mengklaim kebenarannya sendiri. Walaupun tentu saja menghargai kebenaran orang lain adalah berat dan masih sangat susah untuk kita lakukan.[]
Wa fauqa kulli dzi ’ilmin ’aliim.

Tidak ada komentar: