Jumat, 15 April 2016

Pahala yang Provokatif?

siberklik.com
Belakangan ini saya melihat tautan berisi pahala mengajak istri jalan-jalan pahalanya lebih besar daripada i'tikaf di Masjid Nabawi. Subhanallah, ini kabar yang menggembirakan sekali. Maka ketika senggang, saya ajak istri saya jalan-jalan, keluar malam mencari minuman hangat dan beberapa kudapan. Dengan niat menyenangkan istri, semoga jalan-jalanku malam itu tercatat sebagai pahala sebagai mana i'tikaf di Masjid Nabi. Toh, dalam tautan yang saya baca tidak ada syarat jalan-jalannya harus jauh, apalagi ke luar negeri.

Hari ini ada lagi tautan berisi pahala menyeduh kopi--dan tentu saja menghidangkannya--kepada suami pahalanya mengalahkan amalan sunnah setahun. Yang ini kabar baik buat istri. Kalau ditambahkan dengan pekerjaan yang lain, seperti merebus mie instan, menanak nasi, menggoreng telor ceplok dan sebagainya, pasti pahalanya bisa seperti amalan sunnah sepuluh tahun.

Benar atau tidak tautan-tautan itu, para ahlilah yang bisa menjelaskannya. Percaya atau tidak mungkin tergantung tingkat keimanan masing-masing.

Tetapi kemudian saya teringat kuliah Prof. Said Agil Munawwar, bahwa cara mudah mendeteksi sebuah hadits dhaif atau tidak, bisa dibaca dari isinya. Salah satu cirinya yakni irrasional dan berlebihan.

Tidak ada komentar: