Selasa, 01 Mei 2012

Ibadah Online

DUNIA maya itu bisa disebut dunia gratisan. Banyak hal bisa didapat dan dinikmati tanpa harus membayar—kecuali biaya akses tentunya. Kadang sesuatu yang di dunia nyata susah ditemukan, di dunia maya dengan beberapa kali klik ketemu apa yang dicari. Mungkin anda yang tinggal di kota kecamatan atau kabupaten kecil perlu berjuang keras mencari album Deep Purple, misalnya, atau lagu-lagu Ikang Fauzi diera keemasannya. Di dunia maya mencari lagu tersebut semudah menghidupkan kompor gas. Mencari buku klasik di kota kecamatan mungkin sama susahnya dengan mencari kadal yang ekornya bercabang dua. Tetapi di dunia maya, dengan bantuan Google atau Yahoo, semua itu dengan mudah didapatkan. Apalagi jika anda memiliki keterampilan menggunakan mesin pencari—dengan kode-kode tertentu,—sesuatu yang anda cari dengan cepat didapat tanpa tersesat di rimba maya. Anda yang punya keahlian beberapa bahasa asing akan lebih gampang lagi menjelajahi dunia maya, referensi bacaannya pun kian luas. Sekali lagi dengan gratis.

Kemudahan di dunia maya (online) seperti pengembara yang memasuki kebun raya yang penuh buah dan sungai yang mengalir jernih. Tinggal petik dan meminum sepuasnya. Laksana petani yang mendapatkan sawah siap panen. Tak heran penjelajah dunia maya kebanyakan terlena dan hanya sibuk memanen alias mengunduh. Mereka lupa menanam. Padahal dibalik itu semua ada tangan-tangan terampil yang menyebarkan benih, lalu tumbuh dan berbuah, sehingga setiap orang dapat menikmatinya. Di dunia maya mereka yang menamam itulah yang senang mengunggah (uploader), sementara yang hanya suka memanen atau mengunduh disebut pengunduh (downloader).

Memang apa yang diunduh di dunia maya tidak mengurangi sama sekali isi materi yang sudah diunggah. Tetapi alangkah baiknya jika kita turut berinvestasi, menanam materi (konten) yang sesuai sebagai ekspresi rasa syukur. Jadi tidak hanya mengunduh, tetapi juga mampu mengunggah sebuah konten. Apa yang diunggah bisa sesuatu yang sederhana dan remeh-temeh, bukan sesuatu yang rumit dan berat. Bisa jadi apa yang kita anggap remeh justru di mata orang lain adalah sesuatu yang baru dan sangat bermanfaat. Misalnya kita mengunggah syarat dan rukun wudhu, niat dan tatacara mandi wajib (mandi besar), niat shalat rawatib dan sebagainya. Meskipun hal itu mungkin sepele, tetapi banyak orang tidak atau belum bisa niat mandi wajib. Padahal hadats besar akibat haid, nifas atau habis bersetubuh hanya bisa disucikan dengan mandi besar (atau tayammum jika tak ada air sama sekali). Jika masih berhadats besar maka shalatnya tidak sah, tidak boleh membaca Alqur’an dan masuk masjid. Yang bergelut didunia medis, bisa menuliskan tindakan pertolongan pertama bagi orang yang luka ringan dengan bahan yang mudah didapat di sekitar kita. Atau bagaimana tindakan cepat menolong orang yang pingsan, asmanya kambuh dan sebagainya. Sekadar menuliskan ulang teks pancasila pun boleh, karena bukankah banyak orang Indonesia yang lupa bunyi pancasila. Biasanya mereka yang tak tahu atau lupa akan mencarinya di Google. Akhirnya ingatlah mereka setelah menemukan konten yang kita upload. Jika apa yang kita unggah bisa bermanfaat untuk orang lain maka akan dicatat sebagai ibadah. Ibadah online. Begitulah, beramal didunia maya begitu mudahnya. Sama halnya di dunia nyata kita boleh beramal dengan uang recehan.

Keuntungan lain dari ibadah online adalah materi yang kita posting (unggah) akan bertahan sangat lama. Berbeda dengan jika dituliskan di media cetak. Jika di media cetak daya tahannya pendek, hanya selama media tersebut belum robek, rusak atau hilang. Jika kita ingin membacanya lagi harus mengais-ngais tumbukan koran dan atau membolak-balikkan majalah yang menyita waktu cukup lama. Itupun kalau media cetaknya masih tersimpan. Di dunia maya kita bisa cepat mencari dan menemukannya dengan menyeruput kopi atau membalas sms. Kemudian di dunia maya materi yang kita tulis makin meluas dengan tautan situs lain. Belum lagi jika ada orang-orang baik yang menyebarkan ulang di Twitter, Facebook, Google+ dan situs jejaring sosial lainnya. Tentunya manfaat tulisan kita semakin menganak-cucu. Jika dibaca dua ratus orang saja itu melebihi jumlah peserta seminar tingkat universitas, apalagi jika sampai dibaca seribu orang.

Demikianlah mengapa kita harus banyak beribadah online dengan mengunggah sebuah konten yang bermanfaat. Tidak hanya pandai berselancar (browsing) dan mengunduh saja.

Jika yang diunggah adalah konten sampah seperti gosip, fitnah, video dan cerita porno, sebenarnya akan lebih banyak lagi yang melihat dan membaca. Materi yang seperti ini pangsa pasarnya puluhan bahkan ratusan ribu orang. Jika ini yang anda lakukan maka tidak termasuk ibadah online, tetapi maksiat online. Bukannya menyebar kebaikan, anda malah turut ber-amar mungkar (mengajak kemungkaran). Noda-noda hitam “amal” anda akan meluas, tetes demi tetes keburukan akan menjadi banjir kemungkaran. Sedangkan anda turut berinvestasi, menanam saham kemungkaran disana, di dunia tanpa batas. Harus diingat, jejak di dunia maya itu tidak bisa dihapuskan sepenuhnya, apalagi jika sudah lama diunggah, disebar ulang oleh orang lain. Materi itu akan tali-temali, kait-mengait dengan jaringan yang lain. Kita bisa menghapus konten utama yang kita posting, sementara konten yang sudah menyebar tak bisa kita hapus. Karena itu dalam dunia maya ada slogan No Place to Hide (tiada tempat untuk sembunyi), karena memang semua yuang di dunia maya meninggalkan jejak. Berhati-hatilah mengunggah konten sampah. Jangan hanya mencari popularitas sesaat dengang mengunggah konten yang (maaf), "sekadar mencerdaskan kehidupan bangsat". Selamat beribadah online.[]

Tidak ada komentar: