Aku rindu pulang kampung. Aku harus pulang ke rumah.
Kerinduanku pada keluarga telah sampai ke batas ubun-ubun. Sampai batas
lelahku. Aku perlu recharge semangat
dan motivasi tanpa kata dengan mengunjungi bagian dari “tubuhku,” dari diriku,
yakni kampung halaman.
Terkadang manusia seperti penyu betina dalam hal tertentu. Di
daratan manapun tempatnya seekor penyu di lahirkan, suatu saat ketika akan
bertelur seekor penyu akan kembali ke tempat ia dilahirkan. Artinya tempat
kelahiran menjadi bagian yang sangat penting bagi kelangsungan hidup si penyu.
Mungkin semua penyu—khususnya yang betina—ketika meninggalkan daratan menuju
lautan, telah menyimpan kerinduan yang dalam agar suatu saat bisa ke tempat
asalnya. Maka dengan instingnya yang tajam seekor penyu dewasa ketika ingin
bertelur dapat menemukan kampung halamannya, seberapun jauhnya ia mengembara.
Seekor penyu dapat mengarungi lautan yang luas. Melintasi pulau demi pulau
bahkan benua demi benua. Hal ini adalah sesuatu yang sangat ajaib.
Sekali lagi “kampung halaman” adalah bagian dari kehidupan
penyu. Sayangnya, dari seribu ekor penyu mungkin hanya satu atau dua ekor yang
bisa bertahan hidup sampai dewasa. Jadi hanya sekira satu ekor dari seribu ekor
anak penyu (istilahnya tukik) yang bisa pulang kampung.
Begitu juga kerinduanku pada kampung halaman. Seberapa pun
jauhnya aku tinggal saat ini, aku senantiasa merindukan tempat aku menangis
pertama kali. Tempat aku pertama menginjakkan kaki di tanah, tempat aku terjatuh,
tempat yang menorehkan bekas luka di badan, tempat aku bercanda dan berkelahi
dengan teman sebaya. Seolah-olah dari dasar bumi itulah aku dilahirkan, bukan
dari rahim ibu. Seakan kampung halaman adalah bagian dari tubuhku, maka
sempurnalah diriku jika bisa kembali ke asalnya.
Peribahasa mengatakan, “Hujan batu di kampung sendiri lebih
baik daripada hujan duit di kampung tetangga.” Jelas itu adalah ungkapan yang
berlebihan, bahasa anak mudanya lebay. Tetapi setidaknya menggambarkan begitu
berartinya kampung halaman. Mungkin hanya orang yang dendam atau merasa sangat malu
yang merantau dan tak ingin kembali ke kampung halaman. Tetapi penggalan kisah
kehidupannya di kampung halaman pasti tak bisa dilupakan seumur hidupnya.[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar