Sabtu, 31 Maret 2012

Makna Simbol ‘ah’

__Catatan narsis(isme).


MANUSIA hidup dengan sebuah simbol dalam hidupnya. Ia perlu sebuah tanda atau simbol untuk mengidentifikasikan dan membedakan dirinya dengan orang lain. Berkomunikasi dengan sesamanya dan dengan penciptanya. Simbol itu bisa berupa sesuatu yang berbentuk, berwarna maupun suara. Simbol adalah komunikasi mendalam tanpa bertele-tele berbicara, dan tak harus berpanjang-panjang dengan teks.

Simbol pun perlu konteks untuk bisa dimaknai dengan sempurna. Bentuk yang sama bisa berbeda makna jika konteksnya berbeda. Misalnya gerakan menggelengkan kepala disatu tempat berarti “iya” tetapi di tempat lain bisa bermakna “tidak.” Warna merah sebagian menganggap tanda yang mengerikan, tetapi sebagian yang lain simbol kebahagian, keindahan dan keagungan.
Warga Rusia adalah salah satu yang menganggap warna merah adalah warna yang indah. Di Indonesia warna merah disebut warna yang dekat dengan gerakan kiri (sosialisme bahkan komunisme), tetapi di Turki merah adalah warna yang “islami.” Hitam katanya adalah simbol kedukaan, tetapi mengapa di Indonesia ketika ada yang meninggal memasang bendera warna kuning di pinggir jalan? Begitulah konteks sebuah simbol.

Selain simbol yang dipakai bersama di sebuah komunitas, daerah, negara bahkan benua, ada juga simbol yang berlaku pribadi. Simbol ini melekat pada satu sosok. Jadi dengan melihat simbol itu orang lain cepat mengenali atau terbayang dengan sang pemilik simbol. Di dunia motogp misalnya, orang akan langsung ingat Valentino Rossi jika melihat angka “46” dan / tanda “matahari dan bulan.” Di dunia otomotif simbol “kuda jingkrak” langsung dikenali sebagai Ferrari. Dengan melihat huruf “A” (tipe old english) orang Indonesia akan tahu sebagai sebuah merk industri rokok ternama. Begitulah pentingnya sebuah simbol sebagai sebuah pencitraan positif.

Simbol Pribadi
Ngomong-ngomong soal simbol, saya pun menciptakan sebuah simbol pribadi. Ide ini tidak murni, melainkan terinspirasi dari orang lain. Awalnya saya menciptakan simbol yang orisinil, namun saya merasa kurang percaya diri dengan simbol kreasi pribadi itu. Akhirnya jadilah simbol yang terinspirasi dari simbol milik orang lain.

Simbol yang saya buat terdari dari dua huruf, yakni “a” dan “h.” Kedua huruf itu adalah inisial dari nama Amirul Huda. Kedua huruf tersebut menggunakan huruf kecil dengan jenis font Tahoma. Pemilihan font Tahoma untuk menggambarkan kesederhanaan. Dimana Tahoma adalah salah satu jenis huruf yang masuk “spesies” tak berkaki (San Serif) dalam ilmu tipografi. San Serif merupakan antitesis dari huruf yang berkaki (Serif) seperti Times New Roman dan Garamond. Serif adalah tipe huruf kuno yang tak akan usang ditelan jaman. Sedangkan San Serif atau jenis huruf tak berkaki dianggap sebagai huruf yang sederhana namun modern. Dengan demikian pemilihan jenis huruf tak berkaki yang saya pakai menyimbolkan kesederhanaan nan modern.

Kemudian kedua huruf tersebut mempunyai warna yang berbeda. Huruf “a” berwarna merah, sedangkan huruf “h” berwarna putih. Huruf “a” memiliki tanduk dan ekor, sedangkan huruf “h” ada lingkaran lonjong di atasnya. Warna merah dalam simbol tersebut saya maknai sebagai keberanian, kebahagiaan dan kesuksesan. Sementara warna putih berarti kebaikan, kesantunan dan sikap rendah hati. Selain itu huruf “a” warna merah bertanduk dan berekor pun berarti keburukan, jahat dan sikap negatif lainnya. Bisa juga bermakna syetan, karena syetan identik dengan sifat jahat dan keburukan. Sebaliknya, huruf “h” warna putih dengan lingkaran di atasnya adalah simbol kebaikan. Dan mahluk yang selalu berbuat baik adalah malaikat.

Dengan demikian simbol “ah” bermakna ada sisi buruk dalam diri saya, namun ada juga sisi kebaikannya. Ada sifat negatif tapi ada juga sifat positifnya. Sesuai dengan keyakinan agama yang saya anut, Islam, bahwa ada syetan yang melekat dalam diriku dan ada malaikat yang selalu menjagaku agar tak tersesat ke jalan yang penuh dosa. Sebagaimana diketahui, manusia adalah perpaduan antara sifat syetan dan sifat malaikat. Jika malaikat tak pernah salah, syetan selalu salah, maka manusia bisa salah bisa juga benar. Istimewanya, kesalahan manusia bisa diampuni jika ia bertaubat, memohon ampun dan berjanji tak akan mengulanginya lagi. Simbol itu juga mengingatkan saya untuk tidak sombong dan merasa paling benar, sebab siapa tahu ada sisi salah yang tak disadari. Menggoreskan dua tandatangan sendiri saja sering tidak sama persis, hal itu menunjukkan manusia tak luput dari kesalahan.

Biasanya saya meletakkan simbol “ah” pada latarbelakang warna hitam. Warna hitam saya artikan sebagai kehidupan yang penuh rahasia. Kita tidak tahu ada apa di dalam sebuah kegelapan, sebagaimana kita tak sepenuhnya tahu tentang hidup dan kehidupan. Kita tak tahu masa depan kita. Segala sesuatu yang sudah terencana sekalipun seringkali meleset dari perkiraan hanya dalam hitungan menit. Tetapi menurut saya warna hitam itu “netral.” Ia dapat serasi dikombinasikan dengan warna apapun.

Sejujurnya simbol yangs saya buat terinspirasi dari pebalap Spanyol, Jorge Lorenzo. Walaupun sebenarnya saya tidak ngefans dengan pemakai nomor “99” di Motogp itu. Saya justru mengidolakan legenda hidup Valentino Rossi. Lorenzo pun pada dasarnya mengikuti langkah The Doctor—julukan Rossi—ketika membuat simbol pribadinya. Termasuk dalam perayaan ketika memenangi balapan Motogp. Begitulah, secara pribadi saya tak begitu percaya dengan orisinalitas. Karena sesungguhnya kita menjadi bisa karena orang lain. Ada orang lain yang menginspirasi tindakan, pola pikir dan jalan hidup kita. Kreativitaslah yang sedikit membedakan kita dengan orang lain.[]

Tidak ada komentar: