Senin, 03 Mei 2010

Pembatas Buku


Ada beberapa cara menandai halaman buku yang sedang kita baca. Di masa lalu ada kebiasaan yang lazim dilakukan, yakni melipat sudut atas halaman itu—dari sinilah diperoleh ilham untuk nama rubrik “Sudut Lipatan”. Arah lipatan menunjukkan halaman mana yang terakhir kita baca, yang ganjil atau yang genap.

Namun, melipat halaman buku bukanlah cara yang patut ditiru, sebab akan merusak buku. Bayangkan bila kita membaca dengan begitu lambat, pasti akan banyak sudut halaman yang kita lipat. Jika satu hari cuma membaca satu halaman, sudut yang sama akan dilipat dua kali: mula-mula ke halaman ganjil, lalu ke halaman genap. Lama-lama, halaman itu patah sudutnya.


Sungguh, sudah lama ada cara lain untuk menandai halaman yang lebih beradab. Orang yang kerap disebut berjasa ialah Christopher Barker, tukang cetak istana pada masa pemerintahan Ratu Elizabeth I. Tentu saja, ia tidak melipat sudut halaman. Istilah pembatas buku (bookmark) merujuk pada hadiah yang diberikan oleh Barker kepada Ratu Elizabeth I berupa pembatas buku berupa pita dari bahan sutra.

Pembatas buku dibuat lantaran buku pada masa itu merupakan barang langka, maklum belum dicetak semasal sekarang. Harganya mahal, karena itu buku mesti disayang-sayang. Tak boleh dilipat sudut halamannya. Barkerlah yang merintis, dan kemudian orang terbiasa menggunakan pita yang direkatkan pada bagian atas tengah buku, menjulur ke bawah hingga melampui batas bawah halaman. Pembatas seperti ini masih dipakai untuk halaman-halaman skripsi, tesis, atau disertasi yang dijilid.

Pita sutra inilah yang kemudian lazim dipakai pada abad 18 dan 19, diikatkan pada bagian atas buku dan terjulur hingga ke bawah halaman. Pada 1860-an pembatas buku berbahan sutra dibuat masal dengan mesin. J.&J. Cash memproduksi pembatas buku sutra untuk menandai kematian Pangeran Consort, 1861, di Inggris. Namun orang pertama yang dianggap jago dalam membuat pembatas buku ialah Thomas Stevens dari Coventry, Inggris, yang disebut-sebut memiliki 900 desain. Karya Thomas Stevens biasa disebut Stevengraphs. Biasanya ia menyertakan katakata mutiara di pembatas itu.

Baru pada 1880-an bahan kertas dan material lain lebih sering digunakan. Dan kini kita mengenal pembatas buku dengan beragam material dan desain. Ada yangn terbuat dari kertas yang dicetak berwarna, ada yang dibikin dari bahan seluloid, perak, emas, kayu, brass, tembaga, aluminium, timah, plastik, pita, sutra, kulit, serat optik, bahkan gading. Kata bookmark pun kini punya makna baru. Bookmark dipakai untuk menandai halaman atau lokasi situs di Internet.

sumber: Tempo/Ruang baca/berbagai sumber

Tidak ada komentar: