Selasa, 21 Juli 2009

Dari Sebuah Nama

Aku pernah merasakan kesendirian itu, nay
Di depan sebuah etalase kukagumi bayangan kemewahan
Dua orang wanita tua mendekatiku dan bertanya dari mana
Ku sebutkan sebuah negeri jauh dan miskin
Tapi mereka segera beringsut karena tahu
Aku menginap disebuah hotel mewah
Inikah ironi?

-DRH-
2009

Sabtu, 04 Juli 2009

Membakar surat itu...

Membakar surat itu rasanya sangat menyedihkan, apalagi ari seorang sahabat. Karena mungkin aku tidak akan mendapatkan surat seperti itu lagi. Sebagaimana diketahui saat ini rasanya surat kertas seperti benda antik dan kuno. Sampai-sampai seseorang merasa malu untuk membuat dan mengirimkannya. Kalau kata Pramudya, membakar sampah itu seperti revolusi (atau revolusi itu seperti membakar sampah?, karena bukan hanya melupakan tapi melenyapkan dan memusnahkan, setelah itu perasaan kita akan lega. Mungkinkah membakar surat sahabat itu seperti revolusi? Tapi memang saya harus membakarnya.

-03 Juni 2009

Surat untuk Sahabat


SOAL e-mailmu yang kau kirimkan beberapa waktu yang lalu rasanya tak etis kalau aku juga tak membalasnya. Sebenarnya memang bukan persoalan etis atau tidak etis, tapi mungkin persoalan penghargaan. Aku sangat menghargai (tulisan) seorang teman, dan aku tak ingin mengecewakannya. By the way, dalam dialog singkat kita lewat sms (short message service--pen), kita (tepatnya aku) pernah mengatakan soal tulisan yang tak ABG atau dewasa. Setelah aku pikir-pikir cukup merepotkan. Kenapa? Dewasa itu seperti apa sih? Apakah dewasa itu terukur? Oleh apa? Pikiran? Tingkah laku? Apakah dewasa berlaku sama untuk semua orang? Maksudnya, apakah saat aku berfikir dan bertindak yang menurut orang lain dikatakan dewasa, apakah ketika orang lain melakukan hal yang sama ia juga dikatakan dewasa?

Soal kedewasaan aku sangat terkesan dengan film "Undercover Girl". Seorang gadis kecil dalam film itu dalam banyak hal menurutku lebih berfikir dewasa dari pada ibunya yang wanita karir, atau dari Babysitter-nya yang juga seorang penulis (gagal?). Dalam buku "Gadis Kecil di Tepi Jendela" karya Tetsuko Kuronayagi pun demikian. Si Toto Chan mampu bertindak dewasa dari pada orang yang lebih tua. Jadi dewasa itu seperti apa?