Pengantar: Tulisan ini adalah sebuah yang secara tak sengaja aku temukan di file yang lama tak aku buka. Awalnya tersimpan dalam forman CD-R/W. Tulisan ini adalah sebuah “obrolanku” dengan seorang kawan. Saya kira hanya kawan yang bersangkutanlah yang mengerti akan tulisan ini (kalau masih ingat). Sebagai kenang-kenangan dan juga karena sayang kalau di
delete, maka lebih baik aku posting saja. Jika saudara/i, tuan dan puan mau membaca silahkan saja, mungkin ada manfaatnya.
===
KETIKA aku diminta untuk mengkritik, mengomentari atau apapun namanya untuk sebuah cerpenmu, aku sudah berpikiran ragu sebelumnya, dan sebenarnya sedikit malu. Kenapa? Karena aku sendiri
toh tidak bisa membuat cerpen. Aku pernah membuat cerpen dua buah, tapi satunya hilang ketika sebelum sempat di
print out. Satunya masih tersimpan di kamar tapi entah di mana. Tentu saja dua cerpenku itu adalah karya perdana yang tidak ada bagusnya mungkin, tapi cukup berkesan
lho membuatnya, ada sebuah pengalaman batin di dalamnya. Tapi oke deh, karena mengomentari orang lain
toh pada dasarnya mengomentari diri sendiri. Mengkritik orang lain juga mengkritik diri sendiri. Kamu jangan merasa dikritik, anggap itu juga kritik buatku. Sebenarnya kritik ini punyaku hanya saja kamu boleh baca, itu saja.